CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Selasa, 19 Februari 2008

idolaku

Bambang Pamungkas
Berkas:Bambang.gif
Informasi pribadi
Nama lengkap Bambang Pamungkas
Tanggal lahir 10 Juni 1980 (umur 27)
Tempat lahir , Salatiga, Indonesia
Tinggi 171 cm
Informasi klub
Klub sekarang Persija
Nomor punggung 20
Posisi striker
Klub profesional*
19992000
20002001
20012004
20052006
2007
Persija
EHC Norad
Persija
Selangor FC
Persija

Tim nasional**
1999 - Indonesia 45 (23)

* Jumlah penampilan klub profesional dan gol
dihitung hanya untuk liga domestik dan
benar pada 1 Agustus, 2007.

Bambang Pamungkas (lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada 10 Juni 1980) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Saat ini dia bermain untuk Persija Jakarta di Divisi Utama Liga Indonesia dan pernah mewakili negara dalam timnas sepak bola Indonesia. Dia biasa berposisi sebagai penyerang.

Meskipun tidak terlalu tinggi (171 cm), Bambang mempunyai lompatan yang tinggi dan tandukan yang akurat. Salah satu pemain yang dikaguminya adalah rekannya dalam tim nasional, Kurniawan Dwi Yulianto.

Saat masih bermain dalam tim remaja Jawa Tengah, ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Haornas, sebuah kejuaraan tingkat remaja. Bambang juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak untuk skuad Indonesia di Piala Asia U-19 Grup V, dengan 7 gol.

Penampilan pertama Bambang bersama timnas senior adalah pada 2 Juli 1999 dalam pertandingan persahabatan melawan Lituania. Bambang, yang saat itu baru berusia 18 tahun, berhasil menciptakan sebuah gol dalam pertandingan yang berakhir seri 2-2.


Karir profesional

Bambang menjaringkan 24 gol pada musim pertamanya di Liga Indonesia walaupun tim yang diwakilinya Persija Jakarta gagal ke babak akhir. Saat musim tersebut berakhir, Bambang bergabung dengan sebuah tim divisi 3 Belanda, EHC Norad. Namun masalah keluarga dan kegagalan dalam menyesuaikan diri dengan cuaca sejuk Eropa menyebabkan beberapa bulan setelah itu, EHC Norad meminjamkan Bambang kembali kepada Persija sebelum kedua-dua pihak mengakhiri kontrak atas persetujuan bersama.

Setahun kemudian, Bambang menjadi top scorer dengan 8 gol sekaligus membantu Indonesia menjadi juara kedua Piala Tiger 2002.

Hingga penampilan terakhirnya untuk Indonesia pada kualifikasi Piala Dunia 2006 melawan Sri Lanka pada September 2004, Bambang telah menjaringkan 18 gol dalam 35 penampilan. Namun masalah kecederaan serta prestasi yang menurun (kali terakhir Bambang menjaringkan gol untuk Indonesia adalah pada 12 Februari 2004) menyebabkannya tersisih dari skuad Piala Tiger Indonesia 2004. Saat rekan-rekannya berjuang di Piala Tiger, Bambang menandatangani kontrak dengan Selangor FC. Hingga Juli 2005, ia adalah pencetak gol terbanyak untuk timnya dengan 22 gol.

Musim 2007 ia kembali memperkuat Persija Jakarta di Liga Indonesia.

Pada 10 Juli 2007, ketika pertandingan Indonesia-Bahrain, ia mencetak gol, memastikan Indonesia menang 2-1.

Perjalanan karir

** Jumlah penampilan dalam tim nasional dan gol benar
pada 1 Agustus, 2007.

persija


Data klub
Berdiri : 1928
Julukan : Macan Kemayoran
Alamat : Graha Wisata Gelanggang Olahraga Ragunan Lt. 2 Pasar Minggu, Jaksel
Telepon : (021) 7818160
Faksimile : (021) 7818160
Pembina : Sutiyoso
Ketua Umum : Djadjat Sudrajat
Manajer : I. G. K. Manila
Pelatih Kepala : Serghei Dubrovin
Asisten Pelatih : Isman Jasulmei
Stadion : Lebak Bulus
Kapasitas : 12500
Suporter : Jakmania, The Jakers
Pemain Baru : Evgeny Chamaruc, M Robi, Basri Badussalam, Jordi Kartiko, I Wayan Mudana, Julio Capreta, Agus Supriyanto, Javier Rocha, Samuel Tayo, Aliyudin, Achyar Elyas, Bambang Pamungkas

Prestasi
LI 1994/1995 : Peringkat 12 Wilayah Barat
LI 1995/1996 : Peringkat 13 Wilayah Barat
LI 1996/1997 : Peringkat 10 Wilayah Barat
LI 1998/1999 : Semifinalis
LI 1999/2000 : Semifinalis
LI 2001 : Juara
LI 2002 : 8 Besar
LI 2003 : Peringkat 7
LI 2004 : Peringkat 3
LI 2005 : Runner up
LI 2006 : 8 Besar

Skuad
Kiper: Evgeny Chamaruc, Samosir Tamani, Agus Riyanto
Belakang: Leonard Tupamahu, Abanda Herman, Ismed Sofyan, Joao Bosco Cabral, Mulki Hakim, M Robi, Basri Badussalam, Jordi Kartiko
Tengah: Agus Supriyanto, Agus Indra Kurniawan, Francis Wewengkang, I Wayan Mudana, Julio Capreta, Javier Rocha, Akhyar Ilyas
Depan: Samuel Tayo, Aliyudin, Bambang Pamungkas

stadion indonesia


Gempitanya Piala Asia 2007 yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk Babak Penyisihan Grup D dan Final memang sangat membanggakan rakyat Indonesia. Tapi Tahukah anda bahwa pembangunan Stadion Utama yang pada awalnya bernama Gelora Senayan ini sebetulnya dibangun berdasarkan proyek mercusuarnya Bung Karno.

8 Februari 1960 : di Jakarta, Presiden Soekarno menancapkan tiang pancang Stadion Utama Senayan menandai dimulainya pembangunan stadion sepakbola yang kelak akan menjadi yang terbesar di Asia. Pembangunan stadion Senayan ini menjadi puncak dari perayaan politik mercusuar Soekarno. Kompleks olahraga Senayan memang ide Soekarno. Proyek besar itu dimulai pada tengahan 1958 dan fase pertama pembangunannya tuntas pada 1962, sehingga bisa dipakai untuk penyelenggaran Asian Games IV. Uni Soviet memberikan pinjaman lunak senilai 12,5 juta dolar AS untuk pembangunan ini.

Yang diselesaikan pertama kali adalah stadion renang (selesai Juni 1961), berkapasitas 8.000 penonton. Kemudian pada Desember 1961, selesai pula stadion tenis yang berkapasitas 5.200 penonton. Pada Desember 1961 pula, stadion madya dengan kapasitas 20 ribu penonton juga selesai dibangun. Istora yang berkapasitas 10 ribu penonton selesai pada Mei 1962, yang kemudian digunakan untuk pertandingan Piala Thomas. Stadion utama sepakbola yang berkapasitas 100 ribu penonton selesai dibangun pada Juni 1962. Stadion utama beratap temu gelang berentuk oval. Stadion dikelilingi jalan lingkar sepanjang 920 meter. Lapangan sepak bola di dalamnya dikelilingi lintasan berbentuk elips dengan sumbu panjang 176,1 meter dan sumbu pendek 124,2 meter.

Selama pembangunan, Soekarno tampak begitu antusias. Dia amat rajin mengunjungi proyek mercsuarnya ini, sampai-sampai ia kadang terlibat mengurusi hal sepele, semisal batu bata dan pasir. Bahkan ketika di Karawang terjadi banjir, Soekarno tetap saja asyik “bermain” dengan proyek tersebut, sampai-sampai ketika itu Soekarno dijuluki sebagai “lurah Jakarta”.

Pada periode yang sama, persisnya pada 1960, Soekarno juga membangun mesjid Istiqlal. Pada masanya, dan bahkan hingga kini, Istiqlal tak hanya menjadi mesjid terbesar di Indonesia, tetapi juga terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara.

Saat ada yang mengeluhkan kondisi rakyat yang masih susah, Sukarno menjawab, ''Biarlah dulu, nanti kalau gedung-gedung ini selesai, rakyat akan lupa semua kesusahan itu dan hanya ingat pada gedung-gedung ini.'' Soekarno juga memancangkan ambisinya dalam membangun Jakarta seraya membandingkannya dengan negara lain. Jika Mesir dapat membangun Kairo, Italia memiliki Roma, Prancis dengan Paris dan Brazil dengan Brazilia, kata Soekarno, “maka Indonesia juga harus bangga memperlihatkan Jakarta sebagai pintu masuk negara.''

Pada November 1963, Jakarta menjadi tuan rumah pesta olahraga Games of the New Emerging Forces (Ganefo) yang dibayangkan Soekarno sebagai pesta olahraga negara-negara anti-kolonialisme, semacam “olimpiade negara kiri”. Ganefo, dengan semboyan Onward! No Retreat (Maju Terus Jangan Mundur), meski diboikot sejumlah negara tapi tetap berlangsung sukses dan diikuti 2.200 atlet dari 48 negara Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa. Lebih dari 450 wartawan dari berbagai negara datang ke Senayan.

Stadion senayan bisa dibaca sebagai situs yang mengetengahkan hubungan saling pengaruh antara monumen, memori kota dan perjuangan simbolik dalam pencarian identitas dan kekuasaan. Stadion Senayan menjadi altar yang menggelar ritus-ritus politik seorang Soekarno yang anti-kolonialisme dan imperialisme. Dan Ganefo, olimpiade alternatif itu, menjadi ritus perlintasan (rites de passage) dari semua sub-sub ritus anti-kolonial yang pernah digelar sebelumnya, entah itu lewat orasi-orasinya atau pun jargon-jargonnya yang sarkastis terhadap negara-negara Barat.

Jika di podium dan mimbar-mimbar Soekarno menggelar perlawanan anti-kolonial dengan kata-kata verbal, stadion Senayan dan ritus anti-kolonial yang digelar lewat Ganefo adalah pernyataan-pernyataan politik yang simbolik, tapi karenanya justru lebih mengabadi.

Sabtu, 16 Februari 2008


Sriwijaya Juarai Copa Dji Sam Soe 2007Sriwijaya FC tampil sebagai juara baru Copa Dji Sam Soe 2007 setelah dalam partai pamungkas di Stadion GBK, Jakarta, Minggu (13/01/2008) mengalahkan Persipura Jayapura 3-0 lewat adu penalti. Sebelumnya, selama 120 menit kedua tim bermain imbang 1-1 (0-1).Tim favorit, Sriwijaya FC, tampil sebagai juara Copa Dji Sam Soe 2007 setelah dalam partai pamungkas yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu, 13 Januari 2008, menundukkan Persipura Jayapura 3-0 lewat adu penalti. Kedua tim bermain sama kuat 1-1 (0-1) selama 90 menit waktu normal plus perpanjangan waktu 2x15menit.Kemenangan kali pertama bagi Sriwijaya itu justru menjadi duka kedua bagi Persipura yang pada tahun lalu juga harus mengakui keunggulan Arema Malang di partai puncak. Lagipula, dalam adu lihai tendangan 11 meter itu, tak satu pun para pemain Mutiara Hitam yang berhasil menjebol gawang Laskar Wong Kito yang dijaga Ferry Rotinsulu. Dua eksekusi pertama yang diambil kapten tim Eduard Ivakdalam dan David Rocha berhasil diblok Ferry yang sebelumnya juga menjadi bintang kemenangan Sriwijaya di partai semifinal melawan Pelita Jaya.Awalnya, Persipura berada di atas angin ketika dalam waktu enam menit babak pertama mampu unggul terlebih dahulu lewat gol indah strikernya asal Kamerun, Ernest Jeremiah. Gol itu bermula dari tendangan sudut bagi Persipura setelah tendangan keras Alberto Beto Goncalves masih dapat ditepis Ferry. Tendangan penjuru yang diambil Edu menimbulkan kemelut di depan gawang Sriwijaya. Bola jatuh di kaki Jack Komboy yang dengan serta merta menendangnya ke arah gawang. Namun, bola masih membentur muka Ferry dan bergulir ke arah sebelah kanan gawang dimana Ernest berada. Sepakan kaki kiri Ernerst menghujam keras ke sudut kanan gawang Sriwijaya.Tertinggal membuat anak-anak asuhan Rachmad Darmawan bangkit. Perlahan Zah Rahan dkk yang tampil minus Christian Leng Lolo dan Charis Yulianto berhasil menguasai kendali jalannya permainan. Tercatat dua kali peluang emas bagi Zah Rahan terbuang percuma di babak pertama. Peluang terbaik terjadi di menit ke-28 ketika tendangannya hanya meluncur tipis di atas mistar gawang yang dijaga Jendry Pitoy. Skor 1-0 bertahan sampai jeda.Di babak kedua, Sriwijaya langsung menggebrak. Hanya dalam waktu kurang dari dua menit gawang Jendry Pitoy mendapat gempuran hebat. Meski tertekan, Persipura masih mampu mengancam balik gawang Ferry lewat akselrasi Imanuel Wanggai. Di menit ke-64, peluang bagi Sriwijaya ketika striker Keith Kayamba lolos dari jebakan offside. Sayang, meski Jendry Pitoy sudah out of position, tendangan Kayamba masih melenceng tipis di sebelah kanan gawang.Skor berubah 1-1 di menit ke-71 ketika bola hasil tendangan gelandang Benben Berlian mengenai tangan Jack Komboy di kotak 16 meter. Tak ayal, wasit Jimmy Napitupulu menunjuk titik putih. Eksekusi Kayamba mulus. Dua menit sebelum pertandingan usai, Paulo Rumere gagal memanfaatkan peluang. Tendangannya dari dalam kotak penalti melambung jauh di atas mistar gawang Ferry. Sampai 90 menit berlalu, skor tetap sama kuat 1-1. Alhasil pertandingan dilanjutkan 2x15 menit. Tak banyak peluang yang tercipta terkait menurunnya stamina para pemain dari kedua tim.Sebelumnya, Persija Jakarta berhasil meraih gelar hiburan, tampil sebagai juara ketiga setelah menundukkan Pelita Jaya Purwakarta 2-1 (1-0). Macan Kemayoran patut berbangga pula ketika striker andalannya, Bambang Pamungkas dinobatkan sebagai Pemain Terbaik. Sementara gelar top skorer direbut striker Persipura, Beto Goncalves.


2007-06-21 21:20:29
Indonesia Petik Kemenangan Mengesankan
Bambang Pamungkas membuktikan kapasitasnya pada pertandingan pemanasan jelang Piala Asia 2007 yang dijadwalkan berlangsung 07-29 Juli nanti. Striker yang bermain untuk Persija Jakarta itu memborong dua gol untuk mengantar Timnas Indonesia meraih kemenangan 2-1 dari Jamaika, Kamis (21/06). Kemenangan ini merupakan kemenangan yang berharga bagi Indonesia dan pastinya akan mendongkrak moral sebelum berlaga di Piala Asia sebagai tuan rumah. Bertanding dengan mengenakan kostum teranyar, pasukan yang diarsiteki Ivan Kolev mampu menunjukkan permainan memikat pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Kolev yang kembali menurunkan formasi 4-3-3 menurunkan Bambang dengan diapit oleh Ellie Aiboy dan Budi Sudarsono sebagai trisula maut. Meski Jamaika unggul dalam penguasaan bola namun permaian dari kaki ke kaki yang ditampilkan Ponaryo Astaman dkk telah terjalin rapih dan terbukti mampu merepotkan The Reggae Boys. Peluang pertama pada pertandingan yang berlangsung dalam tempo cepat itu didapat Jamaika lewat sebuah kemelut yang bermula dari tendangan bebas. Beruntung bola yang yang ditendang salah seorang pemain lawan tepat mengarah ke pelukan Jendri Pitoy. Tim Merah Putih ganti mengancam melalui sepakan Bambang. Sayang bola masih mampu dihalau salah seorang pemain bertahan sebelum meluncur melewati garis gawang. Indonesia yang bermain menunggu dan melancarkan serangan cepat kembali memiliki peluang lewat Bambang namun bola tendangannya masih mampu ditepis kiper Jamaika, Christoper Harvey. Permainan di babak pertama itupun berakhir dengan skor sama kuat 0-0. Indonesia harus menerima kabar tak sedap karena Ponaryo dan Ricardo Salampesy menderita cedera dan ditarik keluar. Permainan memikat Indonesia berlanjut di babak kedua. Tekanan yang dilancarkan akhirnya membuahkan hasil ketika pertandingan memasuki menit ke-58. Kerjasama M. Ridwan dan Budi diselesaikan oleh sentuhan Bambang yang berdiri di tiang jauh. Indonesia unggul 1-0 dan membuat penonton yang hadirdi Stadion Utama berteriak girang. Entah karena apa, di paruh kedua permainan Indonesia menurun dan hal ini benar-benar dimanfaatkan oleh Jamaika. Keunggulan fisik para pemain Jamaika begitu kentara saat serbuan Wory Wolfe berhasil merubah skor menjadi imbang 1-1. Wolfe yang unggul kecepatan berhasil mengejar bola daerah dan menaklukkan Jendri dengan tembakan keras. Pertandingan memasuki injury time Indonesia diluar dugaan kembali unggul. Tendangan keras kaki kiri Bambang dari luar kotak penalti yang tak disangka-sangka berhasil menghujam ke gawang walau Harvey telah berusaha menepisnya. 2-1 Indonesia unggul. Sebelum pertandingan berakhir Indonesia memiliki satu peluang yang diperoleh Budi. Sayang laju bola yang digiringnya terlalu deras sehingga Harvey bisa menutup gawangnya dengan sempurna.



Sejarah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)
Sekilas Tentang PSSI
PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum, selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih – benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
Awal Mula Berdirinya PSSI
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada” yang berpusat di Yogyakarta. Disana ia merupakan satu – satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari “Sizten en Lausada” ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
Untuk melaksanakan cita – citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh – tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung . Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian ketika diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri – ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain – lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil – wakil dari VIJ (Sjamsoedin – mahasiswa RHS); wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB), Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) E.A Mangindaan (saat itu masih menjadi siswa HKS/Sekolah Guru, juga Kapten Kes.IVBM) Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) nama PSSI ini diubah dalam kongres PSSI di Solo 1950 menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin sebagai Ketua Umum PSSI.
Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dkk segera menyusun program yang pada dasarnya “menentang” berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program” yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” dimulai pada tahun 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI , kemudian menggugah Susuhunan Paku Buwono X, setelah kenyataan semakin banyaknya rakyat pesepakbola di jalan – jalan atau tempat – tempat dan di alun – alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar.
Lebih jauh Soeratin mendorong pula pembentukan badan olahraga nasional, agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh melawan dominasi Belanda. Tahun 1938 berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo.
Karena kekuatan dan kesatuan PSSI yang kian lama kian bertambah akhirnya NIVB pada tahun 1936 berubah menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan mulailah dirintis kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap awal NIVU mendatangkan tim dari Austria “Winner Sport Club “ pada tahun 1936.
Pada tahun 1938 atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938, namun para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU walaupun terdapat 9 orang pemain pribumi / Tionghoa. Hal tersebut sebagai aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu sesuai dengan perjanjian kerjasama antara mereka, yakni perjanjian kerjasama yang disebut “Gentelemen's Agreement” yang ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Jogyakarta. Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak Perjanjian dengan NIVU tersebut.
Soeratin mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942, setelah sempat menjadi ketua kehormatan antara tahun 1940 – 1941, dan terpilih kembali di tahun 1942.
M asuknya balatentara Jepang ke Indonesia menyebabkan PSSI pasif dalam berkompetisi, karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, yakni badan keolahragaan bikinan Jepang, kemudian masuk pula menjadi bagian dari Gelora (1944) dan baru lepas otonom kembali dalam kongres PORI III di Yogyakarta (1949).
Perkembangan PSSI
Pasca Soeratin ajang sepakbola nasional ini terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia ini mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang dapat diterima di semua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.
Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetisi nasional kita telah tertinggal.
Padahal di era sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing di tingkat internasional sebut saja era Ramang dan Tan Liong Houw, kemudian era Sucipto Suntoro dan belakangan era Ronny Pattinasarani.
Dalam perkembangannya PSSI sekarang ini telah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri ini terdiri dari :
Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
• Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
• Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
• Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir.
• Kelompok umur yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain:
• Dibawah usia 15 tahun (U-15)
• Dibawah usia 17 tahun (U-170
• Dibawah Usia 19 tahun (U-19)
• Dibawah usia 23 tahun (U-23)
• Sepakbola Wanita
• Futsal.
PSSI pun mewadahi pertandingan – pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang mendapat izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan pekan Olah Raga Nasional (PON). Pertandingan – pertandingan lainnya yang mengikutsertakan peserta dari luar negeri atau atas undangan dari luar negeri dengan ijin PSSI.
Kepengurusan PSSI pun telah sampai ke pengurusan di tingkat daerah – daerah di seluruh Indonesia . Hal ini membuat Sepakbola semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat.
Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat congress FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi anggota FIFA, selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952, bahkan menjadi pelopor pula pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zaman kepengurusan Kardono, sehingga Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya Ketua Kehormatan.
Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Berarti PSSI adalah satu – satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.

Rabu, 13 Februari 2008